Pages

Showing posts with label BELAJAR KIMIA. Show all posts
Showing posts with label BELAJAR KIMIA. Show all posts

Penyetaraan Reaksi Redoks | BELAJAR KIMIA |

reaksi redoks

            Penyetaraan reaksi redoks berarti menyamakan jumlah atom dan muatan masing-masing unsur pada pereaksi dengan jumlah atom dan muatan masing-masing unsur pada hasil reaksi. Artinya sebelum muatan dan jumlah atom di kedua ruas (pereaksi dan hasil reaksi) sama, maka reaksi masih belum setara.

Penyetaraan persamaan reaksi redoks dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
  • Cara Setengah Reaksi
  • Cara Perubahan Bilangan Oksidasi
Dengan kedua cara ini kita akan mendapatkan reaksi redoks yang setara. Jadi tidak ada perbedaan hasil diantara keduannya, tergantung anda, mana yang lebih dikuasai.
Baiklah sekarang mari kita bahas masing-masing cara menyetarakan reaksi redoks berikut ini :

1. CARA SETENGAH REAKSI
Penyetaraan persamaan reaksi redoks dengan cara setengah reaksi, yaitu dengan melihat elektron yang diterima atau dilepaskan. Penyetaraan dilakukan dengan menyamakan jumlah elektronnya. cara ini diutamakan untuk reaksi dengan suasana reaksi yang telah diketahui.

Langkah-langkah penyetaraan :
Contoh : MnO4- + Cl- –> Mn2+ + Cl2 (Asam)
1. Menuliskan setengah reaksi kedua zat yang akan direaksikan
MnO4- –> Mn2+
Cl- –> Cl2

2. Menyetarakan jumlah atom unsur yang terlibat
MnO4- –> Mn2+
2Cl- –> Cl2

3. Menambah H2O pada suasana Asam (pada yg kurang O) dan pada suasana Basa (pada yg kelebihan O)
MnO4- –> Mn2+ + 4H2O
2Cl- –> Cl2

4. Menyetarakan atom Hidrogen (H) dengan menambah H+ pada suasana Asam dan OH- pada susana basa
MnO4- + 8H+ –> Mn2+ + 4H2O
2Cl- –> Cl2

5. Menyetarakan muatan dengan menambah elektron
MnO4- + 8H+ 5e –> Mn2+ + 4H2O   [selisih elektron pereaksi (7) dan hasil reaksi (2)]
2Cl- –> Cl2 + 2e [elektron pereaksi -2 maka di hasil reaksi harus ditambah 2e]

6. Menyamakan jumlah elektron yang diterima dengan yang dilepas dengan perkalian silang antar elektron (didapat dari penambahan jumlah elektron)
MnO4- + 8H+ 5e –> Mn2+ + 4H2O    | x 2
2Cl- –> Cl2 + 2e  | x 5
Hasilnya menjadi :
2MnO4- + 16H+ 10e –> 2Mn2+ + 8H2O    
10Cl- –> 5Cl2 + 10e
————————————————————
2MnO4- + 10Cl- + 16H+ –> 2Mn2+ + 5Cl2 + 8H2O
Buktikan jumlah atom dan muatannya apakah sudah sama atau belum?…. ;)


2. CARA PERUBAHAN BILANGAN OKSIDASI
Penyetaraan persamaan reaksi redoks dengan cara perubahan bilangan oksidasi, dilakukan dengan melihat kecenderungan perubahan bilangan oksidasinya. Penyetaraan dilakukan dengan menyamakan perubahan bilangan oksidasi. pada cara ini suasana reaksi umumnya belum diketahui (akan diketahui dari perbedaan muatan pereaksi dan hasil reaksi)
Langkah-langkah penyetaraan :
Contoh : Fe2+ + Cr2O72- –> Fe3+ + Cr3+
 Menyetarakan unsur yang mengalami perubahan biloks
Fe2+ + Cr2O72- –> Fe3+ + 2Cr3+

1.      Menentukan biloks masing-masing unsur /senyawa
Fe2+ + Cr2O72- –> Fe3+ + 2Cr3+
2+       +12             3+        +6

2.      Menentukan selisih perubahan biloks
Fe2+ –> Fe3+ [biloks naik (oksidasi) –> selisih +2 ke +3 adalah 1
Cr2O72- –> 2Cr3+ [biloks turun (reduksi) –> selisih +12 ke +6 adalah 6

3.      Menyamakan perubahan biloks dengan perkalian silang
Fe x 6 –> setiap anda menemukan unsur Fe kalikan dengan 6
Cr x 1 –> setiap anda menemukan unsur Cr kalikan dengan 1
Sehingga reaksi diatas menjadi
6Fe2+ + Cr2O72- –> 6Fe3+ + 2Cr3+

4.      Menentukan muatan pereaksi dan hasil reaksi ( Jika muatan pereaksi lebih negatif/rendah maka ditambah H+ berarti suasana Asam. Jika muatan pereaksi lebih positif/tinggi,  maka ditambah OH- berarti suasana basa.
6Fe2+ + Cr2O72- –> 6Fe3+ + 2Cr3+
+12 – 2 = +10 18+ 6 = +24
Artinya : muatan pereaksi lebih rendah, maka tambahkan H+ sebanyak selisih muatannya yaitu 24-10 = 14 dan diletakkan di tempat yang muatannya kurang. Sehingga reaksi menjadi
6Fe2+ + Cr2O72- + 14H+ –> 6Fe3+ + 2Cr3+
5.      Menyetarakan Hidrogen dengan menambah H2O pada tempat yang belum ada oksigennya.
6Fe2+ + Cr2O72- + 14H+ –> 6Fe3+ + 2Cr3+ + 7H2O

SELAMAT BELAJAR SOBAT J J J

BILANGAN OKSIDASI DAN REDOKS
OKSIDASI
REDUKSI
Penggabungan Oksigen (O di pereaksi)
C + O2 –> CO2
Pengurangan/pelepasan Oksigen (O di hasil reaksi)
CO2 –> C + O2
Pelepasan Elektron (e di hasil reaksi)
Na –> Na+ + e-
Penangkapan/penggagungan elektron (e di pereaksi)
Cl2 + 2e- –> 2Cl-
Kenaikan Bilangan Oksidasi
Penurunan Bilangan Oksidasi

Mol elektron yang menyertai reaksi = Perub.Biloks x jumlah atom
 OKSIDATOR
  • Zat yang mengalami reduksi
  • Lebih mudah menangkap elektron
REDUKTOR
  • Zat yang mengalami oksidasi
  • Lebih mudah melepas elektron
  
ATURAN BILOKS (CARA MENENTUKAN BILANGAN OKSIDASI)
  1. Bilangan oksidasi unsur bebas (monoatomik, diatomik, atau poliatomik) sama dengan 0 (nol). Misalnya : bilangan oksidasi Na, Mg, Fe, O, Cl2, H2, P4 dan S8 = 0
  2. Bilangan oksidasi unsur H dalam senyawa = +1, kecuali pada senyawa hidrida =  –1 (misalnya : NaH)
  3. Bilangan oksidasi unsur O dalam senywa = –2, kecuali pada senyawa peroksida = –1  (misalnya : Na2O2, H2O2, BaO2), dan pada senyawa oksifluorida (OF2) = +2
  4. Bilangan oksidasi unsur logam dalam senyawa selalu positif dan nilainya sama dengan valensi logam tersebut. ( Misalnya : Biloks logam gol.IA= +1, gol.IIA=+2, gol.IIIA=+3)
  5. Bilangan oksidasi unsur golongan VIIA dalam senyawa = –1
  6. Bilangan oksidasi unsur dalam bentuk ion tunggal sama dengan muatannya. (Misalnya Biloks Na pada Na+= +1, Cl pada Cl-=–1, Mg pada Mg2+=+2)
  7. Jumlah bilangan oksidasi unsur-unsur dalam suatu senyawa sama dengan 0 (nol), Misalnya :
Biloks S pada H2SO4 ditentukan dengan cara :
                                                                    H2SO4       = 0
                        ( 2 x biloks H) + S + (4 x biloks O)        = 0
                                       ( 2 X 1) + S + (4 X (-2) )        = 0
                                                                2 + S – 8        = 0
                                                                            S        = 8 – 2
                                                                            S        = +6
  1. Jumlah bilangan oksidasi unsur-unsur dalam suatu ion poliatom sama dengan muatannya. Misalnya :
Biloks Cr pada Cr2O72-
                                                                 Cr2O72-      = –2 

                                           Cr2 + ( 7 x biloks O )        = –2
                                                  Cr2 + ( 7 x (-2) )        = –2
                                                               Cr2 – 14       = –2
                                                                      Cr2       = 14 – 2
                                                                        Cr       = 12 / 2
                                                                        Cr       = +6



READ MORE - Penyetaraan Reaksi Redoks | BELAJAR KIMIA |

Unsur-Unsur Periode III | BELAJAR KIMIA |

 

Unsur-Unsur Periode Ketiga
Unsur-unsur periode ketiga memiliki sifat kimia dan sifat fisika yang bervariasi. Unsur-unsur yang terdapat pada periode ketiga adalah Natrium (Na), Magnesium (Mg), Aluminium (Al), Silikon (Si), Fosfor (P), Belerang (S), Klor (Cl), dan Argon (Ar). Dari kiri (Natrium) sampai kanan (Argon), jari-jari unsur menyusut, sedangkan energi ionisasi, afinitas elektron, dan keelektronegatifan meningkat. Selain itu, terjadi perubahan sifat unsur dari logam (Na, Mg, Al) menjadi semilogam/metaloid (Si), nonlogam (P, S, Cl), dan gas mulia (Ar). Unsur logam umumnya membentuk struktur kristalin, sedangkan unsur semilogam/metaloid membentuk struktur molekul raksasa (makromolekul). Sementara, unsur nonlogam cenderung membentuk struktur molekul sederhana. Sebaliknya, unsur gas mulia cenderung dalam keadaan gas monoatomik. Variasi inilah yang menyebabkan unsur periode ketiga dapat membentuk berbagai senyawa dengan sifat yang berbeda. 

Unsur-unsur periode ketiga dapat membentuk oksida melalui reaksi pembakaran dengan gas oksigen. Reaksi yang terjadi pada masing-masing unsur adalah sebagai berikut :
1. Natrium Oksida
Natrium mengalami reaksi hebat dengan oksigen. Logam Natrium yang terpapar di udara dapat bereaksi spontan dengan gas oksigen membentuk oksida berwarna putih yang disertai nyala berwarna kuning.
4 Na(s) +  O2(g) ——> 2 Na2O(s)

2. Magnesium Oksida
Magnesium juga bereaksi hebat dengan udara (terutama gas oksigen) menghasilkan nyala berwarna putih terang yang disertai dengan pembentukan oksida berwarna putih.
2 Mg(s) +  O2(g) ——> 2 MgO(s)

3. Aluminium Oksida
Oksida ini berfungsi mencegah (melindungi) logam dari korosi. Oksida ini berwarna putih.
4 Al(s) +  3 O2(g) ——> 2 Al2O3(s)

4. Silikon Oksida (Silika)
Si(s) +  O2(g) ——> SiO2(s)

5. Fosfor (V) Oksida
Fosfor mudah terbakar di udara. Ketika terdapat gas oksigen dalam jumlah berlebih, oksida P4O10 yang berwarna putih akan dihasilkan.
P4(s) +  5 O2(g) ——> P4O10(s)

6. Belerang Dioksida dan Belerang Trioksida
Padatan Belerang mudah terbakar di udara saat dipanaskan dan akan menghasilkan gas Belerang Dioksida (SO2). Oksida ini dapat direaksikan lebih lanjut dengan gas oksigen berlebih yang dikatalisis oleh Vanadium Pentaoksida (V2O5) untuk menghasilkan gas Belerang Trioksida (SO3).
S(s) +  O2(g) ——>SO2(g)
2 SO2(g) +  O2(g) ——> 2SO3(g)

7. Klor (VII) Oksida
2 Cl2(g) +  7 O2(g) ——> 2 Cl2O7(g)

Selain dapat membentuk oksida, unsur-unsur periode ketiga juga dapat membentuk senyawa halida. Senyawa tersebut terbentuk saat unsur direaksikan dengan gas klor. Reaksi yang terjadi pada masing-masing unsur adalah sebagai berikut :
1. Natrium Klorida
Natrium direaksikan dengan gas klor akan menghasilkan endapan putih NaCl.
2 Na(s) +  Cl2(g) ——> 2 NaCl(s)
2. Magnesium Klorida
Sama seperti Natrium, logam Magnesium pun dapat bereaksi dengan gas klor membentuk endapan putih Magnesium Klorida.
Mg(s) +  Cl2(g) ——> MgCl2(s)
3. Aluminium Klorida
Ketika logam Aluminium direaksikan dengan gas klor, akan terbentuk endapan putih AlCl3.
2 Al(s) +  3 Cl2(g) ——> 2 AlCl3(s)
Dalam bentuk uap, senyawa ini akan membentuk dimer Al2Cl6.
4. Silikon (IV) Klorida
Senyawa ini merupakan cairan yang mudah menguap. Senyawa ini dihasilkan dari reaksi padatan Silikon dengan gas klor.
Si(s) +  2 Cl2(g) ——> SiCl4(l)
5. Fosfor (III) Klorida dan Fosfor (V) Klorida
Fosfor (III) Klorida merupakan cairan mudah menguap tidak berwarna yang dihasilkan saat Fosfor bereaksi dengan gas klor tanpa pemanasan. Saat jumlah gas klor yang digunakan berlebih, senyawa ini dapat bereaksi kembali dengan gas klor berlebih membentuk senyawa Fosfor (V) Klorida, suatu padatan berwarna kuning.
P4(s) +  6 Cl2(g) ——> 4 PCl3(l)
Saat jumlah gas klor yang digunakan berlebih, akan terjadi reaksi berikut :
PCl3(l) +  Cl2(g) ——> PCl5(s)
6. Belerang (II) Oksida

S(s) +  Cl2(g) ——> SCl2(s)
Reaksi antara logam Natrium dan Magnesium dengan air adalah reaksi redoks. Dalam reaksi ini, unsur logam mengalami oksidasi dan dihasilkan gas hidrogen. Larutan yang dihasilkan bersifat alkali (basa). Logam Natrium lebih reaktif dibandingkan logam Magnesium, sehingga larutan NaOH bersifat lebih basa dibandingkan larutan Mg(OH)2.Padatan NaOH lebih mudah larut dalam air dibandingkan padatan Mg(OH)2.
Oksida dari logam Natrium dan Magnesium merupakan senyawa ionik dengan struktur kristalin. Saat dilarutkan dalam air, masing-masing oksida akan menghasilkan larutan basa. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa oksida logam dalam air menghasilkan larutan basa.
Na2O(s) +  H2O(l) ——> 2 NaOH(aq)
MgO(s) +  H2O(l) ——> Mg(OH)2(aq)
Aluminium Oksida memiliki struktur kristalin dan memiliki sifat kovalen yang cukup signifikan. Dengan demikian, senyawa ini dapat membentuk ikatan antarmolekul (intermediate bonding). Senyawa ini sukar larut dalam air.
Fosfor (V) Oksida merupakan senyawa kovalen. Senyawa ini dapat bereaksi dengan air membentuk asam fosfat. Asam fosfat merupakan salah satu contoh larutan asam lemah dengan pH berkisar antara 2 hingga 4. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
P4O10(s) +  6 H2O(l) ——> 4 H3PO4(aq)
Belerang Dioksida dan Belerang Trioksida mempunyai struktur molekul kovalen sederhana. Masing-masing dapat bereaksi dengan air membentuk larutan asam.
SO2(g) +  H2O(l) ——> H2SO3(aq)
SO3(g) +  H2O(l) ——> H2SO4(aq)
Dengan demikian, senyawa oksida yang dihasilkan dari unsur periode ketiga dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu :
1. Oksida Logam (di sebelah kiri Tabel Periodik) memiliki struktur ionik kristalin dan bereaksi dengan air menghasilkan larutan basa. Oksida Logam merupakan oksida basa, yang dapat bereaksi dengan asam membentuk garam.
MgO(s) +  H2SO4(aq) ——> MgSO4(aq) +  H2O(l)
2. Oksida Nonlogam (di sebelah kanan Tabel Periodik) memiliki struktur molekul kovelen sederhana dan bereaksi dengan air menghasilkan larutan asam. Oksida nonlogam merupakan oksida asam, yang dapat bereaksi dengan basa membentuk garam.
SO3(g) +  MgO(s) ——> MgSO4(s)
3. Oksida Amfoterik (di tengah Tabel Periodik) memiliki sifat asam dan basa sekaligus. Oksida tersebut dapat bereaksi dengan asam maupun basa.
Al2O3(s) +  6 HCl(aq) ——> 2 AlCl3(aq) +  3 H2O(l)
Al2O3(s) +  6 NaOH(aq) +  3 H2O(l) ——> 2 Na3Al(OH)6(aq)
Natrium Klorida dan Magnesium Klorida merupakan senyawa ionik dengan struktur kristalin yang teratur. Saat dilarutkan dalam air, kedua senyawa tersebut menghasilkan larutan netral (pH = 7). Sementara itu, Aluminium Klorida membentuk struktur dimernya, yaitu Al2Cl6 (untuk mencapai konfigurasi oktet). Senyawa dimer ini larut dalam air.
Al2Cl6(s) +  12 H2O(l) ——> 2 [Al(H2O)6]3+(aq) +  6 Cl-(aq)
Cairan Silikon (IV) Klorida dan gas PCl5 merupakan molekul kovalen sederhana. Masing-masing senyawa bereaksi hebat dengan air membentuk gas HCl. Reaksi ini dikenal dengan istilah hidrolisis. Larutan yang terbentuk bersifat asam. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
SiCl4(l) +  2 H2O(l) ——> SiO2(s) +  4 HCl(g)
PCl5(s) +  4 H2O(l) ——> H3PO4(aq) +  5 HCl(g)
Dengan demikian, senyawa halida yang dibentuk dari unsur periode ketiga dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Logam Klorida ( di sebelah kiri Tabel Periodik) memiliki struktur kristalin ionikdan mudah bereaksi dengan air membentuk larutan netral. Logam Klorida bersifat netral.
2. Nonlogam Klorida (di sebelah kanan Tabel Periodik) memiliki struktur molekul kovalen sederhana dan bereaksi dengan air menghasilkan larutan asam. Nonlogam Klorida bersifat asam.



Referensi:
Andy. 2009. Pre-College Chemistry.
Cotton, F. Albert dan Geoffrey Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: Penerbit UI Press
Chang, Raymond. 2007. Chemistry Ninth Edition. New York: Mc Graw Hill.
Ratcliff, Brian, dkk. 2006. AS Level and A Level Chemistry. Dubai: Oriental Press.
Moore, John T. 2003. Kimia For Dummies. Indonesia: Pakar Raya.



READ MORE - Unsur-Unsur Periode III | BELAJAR KIMIA |
 

Search This Blog

Most Reading

Powered by Blogger.