Bahan-bahan resep puding roti8 lembar roti tawar tanpa kulit, potong dua bagian4 butir telur30 gram kismis, potong dua2 sendok teh kayu manis bubuk1/2 sendok teh garam100 gram gula pasir400 cc susu cair Cara Membuat resep puding rotiTata roti di pinggan tahan panas yang telah diolesi mentega. SisihkanKocok telur, gula pasir, garam dan kayu manis, tuang susu cair, aduk rata. Tambahkan kismis
READ MORE - resep puding roti
Membuat Agar-agar Gula Merah
Bahan-bahan Agar-agar Gula Merah2 bungkus agar-agar1.000 cc santan dari 1 butir kelapa200 gram gula pasir100 gram gula pasir1/2 sendok teh garamCara Membuat Agar-agar Gula MerahCampur agar-agar, santan, gula merah, gula pasir dan garam. Aduk-adukMasak sambil diaduk-aduk hingga mendidih. Angkat.Tuang di cetakan. Biarkan hingga membeku dan dingin.Hidangkan.Untuk 6 porsi
READ MORE - Membuat Agar-agar Gula Merah
Labels:
asam jawa,
ayam fillet,
baking powder,
bawang putih,
Membuat,
santan
Membuat Tenggiri Bakar Sambal Petis
Bahan-bahan Tenggiri Bakar Sambal Petis500 gram ikan tenggiri1 sendok teh garam1 sendok makan air jeruk lemon3 sendok makan mentega, lelehkan3 sendok makan kecap manis2 sendok makan saus tiram1 sendok makan minyak wijen5 siung bawang putih2 cm jaheSambal Petis:6 siung bawang putih, goreng5 buah cabai rawit merah2 sendok makan petis3 sendok makan kecap manisCara Membuat Tenggiri Bakar Sambal
READ MORE - Membuat Tenggiri Bakar Sambal Petis
Labels:
ikan tenggiri,
Jeruk lemon,
Membuat,
Mentega
Cara Belajar yang Efektif
Menurut The Liang Gie ada 4 macam Cara Belajar Efektif yaitu: Keteraturan Cara Belajar Efektif, Disiplin belajar, Konsentrasi dan Pemakaian perpustakaan (The Liang Gie, 1988 : 57 – 65)
Ada beberapa Tips/Cara Belajar Efektif, silahkan disimak:
1) Keteraturan dalam belajar
Cara belajar yang efisien mengandung asas-asas tertentu yang tidak saja untuk dipahami melainkan lebih dihayati sepanjang masa dalam belajarnya. Asas adalah suatu dalil umum yang dapat diterapkan pada suatu rangkaian kegiatan untuk menjadi petunjuk dalam melakukan tindakan-tindakan.
Dalam belajar yang baik / cara belajar yang efektif efisien, yang menjadi pokok pangkal pertama ialah adanya suatu keteraturan, baik dalam belajar, mencatat ataupun menyimpan alat-alat perlengkapan untuk belajar.
2) Disiplin belajar
Asas lain cara belajar yang baik ialah disiplin. Dengan jalan berdisiplin untuk melaksanakan pedoman-pedoman yang baik di dalam usaha belajar, barulah seseorang mempunyai cara belajar yang baik. Karena berdisiplin selain akan membuat seseorang memiliki kecakapan mengenai cara belajar yang baik juga merupakan suatu proses kearah pembentukan watak yang baik yang akan menciptakan pribadi yang luhur. Dengan demikian cara belajar yang baik adalah suatu kecakapan yang dapat dimiliki seseorang dengan jalan latihan.
3) Konsentrasi
Setiap orang yang sedang menuntut ilmu harus melakukan konsentrasi dalam belajarnya, karena tanpa konsentrasi dalam belajarnya, tak mungkin berhasil menguasai pelajaran yang diberikannya. Konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan menyampaikan semua hal lainnya yang tidak berhubungan.
4) Pemakaian perpustakaan
Selain keteraturan, disiplin dan konsentrasi masih ada satu hal lagi yang perlu dijadikan pedoman, yaitu perpustakaan, sebab tidak ada belajar yang dapat dilaksanakan tanpa bacaan dan gudang bacaan itu hanya terdapat dalam perpustakaan .
Perlunya pemakaian kepustakaan sebab tidak ada belajar yang dapat dilaksanakan tanpa buku bacaan, minat baca untuk meningkatkan prestasi belajar.
“Pendidikan karakter adalah pendidikan untuk 275 juta penduduk Indonesia”
o 158 kepala daerah tersangkut korupsi sepanjang 2004-2011
42 anggota DPR terseret korupsi pada kurun waktu 2008-2011
o 30 anggota DPR periode 1999-2004 terlibat kasus suap pemilihan DGS BI
o Kasus korupsi terjadi diberbagai lembaga seperti KPU,KY, KPPU, Ditjen Pajak, BI, dan BKPM
Sumber : Litbang Kompas
Kini setelah membaca fakta diatas, apa yang ada dipikran anda? Cobalah melihat lebih ke atas sedikit, lebih tepatnya judul artikel ini. Yah, itu adalah usulan saya untuk beberapa kasus yang membuat hati di dada kita “terhentak” membaca kelakuan para pejabat Negara.
Pendidikan karakter, sekarang ini mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah saja, tapi dirumah dan di lingkungansosial. Bahkan sekarang ini peserta pendidikan karakter bukan lagi anak usia dini hingga remaja, tetapi juga usia dewasa. Mutlak perlu untuk kelangsungan hidup Bangsa ini.
Bayangkan apa persaingan yang muncul ditahun 2021? Yang jelas itu akan menjadi beban kita dan orangtua masa kini. Saat itu, anak-anak masa kini akan menghadapi persaingan dengan rekan-rekannya dari berbagai belahan Negara di Dunia. Bahkan kita yang masih akan berkarya ditahun tersebut akan merasakan perasaan yang sama. Tuntutan kualitas sumber daya manusia pada tahun 2021 tentunya membutuhkan good character.
Bagaimanapun juga, karakter adalah kunci keberhasilan individu. Dari sebuah penelitian di Amerika, 90 persen kasus pemecatan disebabkan oleh perilaku buruk seperti tidak bertanggung jawab, tidak jujur, dan hubungan interpersonal yang buruk. Selain itu, terdapat penelitian lain yang mengindikasikan bahwa 80 persen keberhasilan seseorang di masyarakat ditentukan oleh emotional quotient.
Bagaimana dengan bangsa kita? Bagaimana dengan penerus orang-orang yang sekarang sedang duduk dikursi penting pemerintahan negara ini dan yang duduk di kursi penting yang mengelola roda perekonomian negara ini? Apakah mereka sudah menunjukan kualitas karakter yang baik dan melegakan hati kita? Bisakah kita percaya, kelak tongkat estafet kita serahkan pada mereka, maka mereka mampu menjalankan dengan baik atau justru sebaliknya?
Dari sudut pandang psikologis, saya melihat terjadi penurunan kulaitas “usia psikologis” pada anak yang berusia 21 tahun pada tahun 20011, dengan anak yang berumur 21 pada tahun 2001. Maksud usia psikologis adalah usia kedewasaan, usia kelayakan dan kepantasan yang berbanding lurus dengan usia biologis. Jika anak sekarang usia 21 tahun seakan mereka seperti berumur 12 atau 11 tahun. Maaf jika ini mengejutkan dan menyakitkan.
Walau tidak semua, tetapi kebanyakan saya temui memiliki kecenderungan seperti itu. Saya berulangkali bekerjasama dengan anak usia tersebut dan hasilnya kurang maksimal. Saya tidak “kapok” ber ulang-ulang bekerja sama dengan mereka. Dan secara tidak sengaja saya menemukan pola ini cenderung berulang, saya amati dan evaluasi perilaku dan karakter mereka. Kembali lagi ingat, disekolah pada umumnya tidak diberikan pendidikan untuk mengatasi persaingan pada dunia kerja. Sehingga ada survey yang mengatakan rata-rata setelah sekolah seorang anak perlu 5-7 tahun beradaptasi dengan dunia kerja dan rata-rata dalam 5-7 tahun tersebut pindah kerja sampai 3-5 kali. Hmm.. dan proses seperti ini sering disebut dengan proses mencari jati diri. Pertanyaan saya mencari “diri” itu didalam diri atau diluar diri? “saya cocoknya kerja apa ya? Coba kerjain ini lah” lalu kalau tidak cocok pindah ke lainnya. Kenapa tidak diajarkan disekolah, agar proses anak menjalani kehidupan di dunia yang sesungguhnya tidak mengalami hambatan bahkan tidak jarang yang putus asa karena tumbuh perasaan tidak mampu didalam dirinya dan seumur hidup terpenjara oleh keyakinannya yang salah.
Baiklah kembali lagi ke topik, Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.
Bagi Indonesia sekarang ini, pendidikan karakter juga berarti melakukan usaha sungguh-sungguh, sitematik dan berkelanjutan untuk membangkitkan dan menguatkan kesadaran serta keyakinan semua orang Indonesia bahwa tidak akan ada masa depan yang lebih baik tanpa membangun dan menguatkan karakter rakyat Indonesia. Dengan kata lain, tidak ada masa depan yang lebih baik yang bisa diwujudkan tanpa kejujuran, tanpa meningkatkan disiplin diri, tanpa kegigihan, tanpa semangat belajar yang tinggi, tanpa mengembangkan rasa tanggung jawab, tanpa memupuk persatuan di tengah-tengah kebinekaan, tanpa semangat berkontribusi bagi kemajuan bersama, serta tanpa rasa percaya diri dan optimisme. Inilah tantangan kita bangsa Indonesia, sanggup?
Theodore Roosevelt mengatakan: “To educate a person in mind and not in morals is to educate a menace to society” (Mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak dan bukan aspek moral adalah ancaman mara-bahaya kepada masyarakat)
Labels:
ARTIKEL DAN PUISI
Kue Satu Setoran LBT # 26
Hello semua .. Akhir nya punya kesempatan buat PR LBT lagi setelah beberapa bulan sempat vakum dan mengundurkan diri dari LBT karena sibuk dengan aktivity anak anak yang semakin banyak sampe ngga bisa komitmen tiap bulan nya untuk setor PR. Tapi lama lama kangen juga sama teman teman lama di group LBT dan setelah di komporin dengan banyak pihak..hihii akhir nya memutuskan untuk masuk lagi.
READ MORE - Kue Satu Setoran LBT # 26
Membuat Rajungan Taosi
Bahan-bahan Rajungan Taosi2 ekor rajungan, bersihkan, potong dua1 buah bawang bombay, iris panjang1/2 buah paprika hijau, iris panjang2 batang daun bawang, iris-iris2 sendok makan taosi3 siung bawang putih, cincang3 cm jahe, cincang / memarkan1 sendok makan kecap asin1 sendok makan gula pasir1/2 sendok teh lada bubuk1/2 sendok teh penyedap rasa, jika suka1.000 cc air mendidih2 sendok teh maizena
READ MORE - Membuat Rajungan Taosi
Subscribe to:
Posts (Atom)